Keseimbangan IQ dan EQ

Perkembangan otak anak
Otak pada suatu individu terbentuk sejak individu itu sendiri terbentuk, tepatnya adalah di saat embrio manusia yang berada dalam kandungan terbentuk. Dan pada usia enam minggu, otak yang tumbuh pada embrio dengan banyak aliran pembuluh darah, hampir sama besarnya dengan tubuh embrio itu sendiri. Dengan bertambahnya usia embrio atau janin, otak anak juga akan ikut berkembang dengan perkembangan yang lebih cepat hingga sampai anak itu lahir. Hingga usia 18 bulan besar otak seorang bayi adalah 50 % dari besar otak normal orang dewasa. Pada usia 5 tahun besar otak seorang anak adalah 90% dari otak orang dewasa, dan pada usia 13 tahun besar dan berat otak adalah sama dengan otak orang dewasa.


Bagaimana perkembangan intelektualnya ?
Hingga usia 4 tahun kemampuan intelektual anak adalah 50% dari otak orang dewasa, pada usia 9 tahun kemampuan intelektualnya sebesar 80% dan pada usia 19 tahun adalah 100 %.
Anatomi Otak anak
Dalam sebuah otak terdapat apa yang dinamakan korteks, Talamus, Hippocampus dan Amigdala.
Korteks adalah bagian berpikir otak, dan berfungsi mengendalikan emosi melalui pemecahan masalah, bahasa, daya cipta dan proses koknitif lainnya. Di dalam pusat otak sistem limbik merupakan bagian emosional otak. Sistem ini meliputi talamus, yang mengirimkan pesan-pesan ke korteks; hippocampus yang berperan dalam ingatan dan penafsiran persepsi dan amigdala pusat pengendalian emosi. Susunan otak dan cara otak bekerja mempengaruhi kecerdasan seseorang, baik itu kecerdasan intelejensi ataupun kecerdasan emosional. Otak bekerja melalui sel-sel saraf khusus yang dinamakan neuron. Berfikir merupakan akibat dari kerja neuron-neuron, yang jumlahnya mencapai 10 trilyun, yang saling bertukar informasi. Pada saat yang sama, satu neuron bisa berhubungan dengan 1000 neuron lainnya. Hubungan antar neuron ini terjadi sangat dipengaruhi oleh rangsangan-rangsangan yang diterima oleh otak. Inilah yang terjadi secara luar biasa pada anak-anak usia 1-5 tahun (seperti pada perkembangan otak diatas). Sehingga pada usia ini jika rangsangan-rangsangan kurang didapatkan oleh seorang anak, akan menghasilkan hubungan antar neuron atau jaringan otak yang tidak banyak. Atau jika rangsangan yang diterima oleh anak adalah rangsangan yang salah/buruk akan menghasilkan kecerdasan yang salah atau buruk pula.
Apa itu IQ dan EQ, dan bagaimana mengolahnya
IQ adalah kependekan dari Intellegence Quotient. Hasil pembagian dua bilangan, yaitu skor yang diperoleh seorang anak dalam suatu tes kecerdasan. Skor tersebut adalah usia mental dibagi usia kronologis dan hasilnya dikalikan dengan 100 untuk dibulatkan.

Tapi apa sebetulnya IQ tersebut?
IQ biasanya digunakan untuk mengetahui kemampuan kognitif seorang anak. Kemampuan konitif ini pun menurut Jean Pieget (Proferor bidang Psikologi Universitas Geneve, Swiss), mengatakan perkembangan kognitif dibagi menjadi 4 tahap., yaitu tahap senso-motorik (sejak lahir sampai dengan usia 2 tahun), tahap pra-operasional (usia 2 tahun sampai dengan 7 tahun), tahap konkret-operasional (usia 7 tahun sampai11 tahun), dan tahap operasional formal (usia 12 tahun keatas).
Anak pada masa pra-sekolah ( Kelompok Bermain dan TK) adalah masuk dalam tahap pra-operasional dan persiapan untuk masuk pada tahap konkret-operasional (sekolah dasar). Pada masa konkret-operasional ini adalah masa dimana aktivitas mental anak terfokus pada obyek-obyek yang nyata atau pada berbagai kejadian yang pernah dialami. Pada masa ini anak mulai tahu beberapa aturan atau strategi berfikir seperti : penjumlahan, pengurangan, penggandaan dan beberapa kemampunan lain seperti kemampuan anak untuk mengurutkan sesuatu yang berseri. Namun kemampuan itu tidaklah didapat secara langsung, namun bertahap, dimulai pada tahap pra-operasional.
Perkembangan kemampuan pada dua tahap diatas adalah :
* Mengelompokkan
* Desentrasi
* Kemampuan berpikir bolak-balik
* Konsentrasi

Bagaimana mengembangkan kemampuan kognitif ?
Kemapuan koknitif dapat dikembangkan sejak dini dengan mengikuti tahap-tahap seperti yang telah dibagi di atas. Namun beberapa kemampuan dasar yang menjadi modal kemampuan kognitif adalah:
1. kemampuan berbahasa
2. memampuan membaca dan menulis
3. kemampuan mengenali jati diri dan mengolah diri.

Apa EQ ?
EQ kepanjangan dari Emitional Quotient. EQ atau kecerdasan emosi merupakan kemampuan untuk mengenali emosi diri sendiri, kemampuan untuk mengelola dan mengekspresikan emosi diri sendiri dengan tepat, kemampuan untuk memotivasi diri sendiri, kemampuan untuk mengenali orang lain dan kemampuan untuk membina hubungan dengan orang lain (Peter Salovey, Universitas Harvard dan John Mayer, Universitas New Hamshire).
Kecerdasan emosional bukan didasarkan pada kepintaran (kognitif) seorang anak, melainkan pada suatu yang dahulu disebut karakteristik pribadi atau “karakter”.
Dari sisi sosial, kecerdasan emosional dapat diarahkan pada perkembangan sosial emosi. Perkembangan sosial emosi merupakan perkembangan anak untuk menyesuaikan diri terhadap dunia sosial yang lebih luas. Dalam proses perkembangan ini anak diharapkan mengerti orang lain, yang berarti mampu menggambarkan ciri-cirinya, mengenali apa yang dipikirkan, dirasa dan diinginkan serta dapat menempatkan diri pada sudut pandang orang lain tersebut, tanpa kehilangan dirinya sendiri.
Apa kualitas/kriteria EQ ? (menurut John Mayer)
* Empati
* Mengungkapkan dan memahami perasaan
* Mengendalikan amarah
* Kemandirian
* Kemampuan menyesuaikan diri
* Disukai
* Kemampuan memecahkan masalah antar pribadi
* Ketekunan
* Kesetiakawanan
* Keramahan
* Sikap hormat

Apakah kualitas-kualitas tersebut dapat dipelajari/dikembangkan ?
Jawabnya adalah Bisa!
Bagaimana dengan Akhlaq?
Akhlaq (menurut Buchori Nasution, Yayasan Salman & Al-Muslim) : Ilmu serta ketrampilan tentang sikap perilaku, aksi, reaksi, tindakan yang sangat di perlukan oleh setiap individu maupun apapun disiplin ilmunya atau profesinya agar diterima dan disayang oleh yang lain yaitu : oleh Allah dan Makhluk (manusia dan alam semesta).
Jadi Akhlaq adalah lebih dari sekedar kecerdasan emosi, tetapi juga merupakan kemampuan untuk mengelola hubungan dengan sang pencipta (Allah) dan mengelola makhluk lainnya (alam; mahusia dan hewan).
Apa yang seharusnya anak terima
Kemampuan kognitif akan memudahkan menguasai pengetahuan umum. Sementara, kemampuan sosial emosi memudahkan untuk menyesuaikan diri terhadap dunia sosial yang lebih luas. Berkembangnya kedua kemampuan ini akan memungkinkan anak berperilaku wajar (dan bijaksana) dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Baca anatomi saraf otak.
Sehingga apa yang seharusnya diterima seorang anak, adalah pengembangan kemampuan kognitif dan emosional. Karena pada dasarnya kedua kemampuan tersebut telah dipunyai oleh setiap individu, namun kadarnya sangat berbeda-beda satu dengan yang lainnya.
Bagaimana cara mengembangkan kemampuan tersebut (baik kognitif maupun imosional) ? Yaitu dengan memberikan rangsangan dan contoh-contoh yang sebanyak-banyaknya sesuai tahapan perkembangan kognitifnya. Namun bersamaan dengan itu, kemampuan emosional juga harus terus dikembangkan. Karena kemampuan emosional yang baik akan menghasilkan keluaran kognitif yang tepat. Maksudnya dengan kemampuan emosional yang baik (misalnya jujur), seorang anak akan dapat menyelesaikan permasalahannya dengan tepat (tanpa manipulasi). Inilah yang dimaksud keseimbangan kemampuan IQ dan EQ. Dan apabila keseimbangan ini telah dipunyai oleh anak-anak, maka akan melahirkan generasi yang cerdas dan bijaksana.
Bagaimana peran orang tua dan pendidik.
Yang penting bagi orang tua dan pendidik adalah memberikan IQ dan EQ kepada anak secara seimbang dengan cara mengetahui proses perkembangan otak anak, yaitu dengan cara memberi banyak rangsangan dan contoh-contoh (baik visual ataupun audio) yang baik.
Yang perlu diperhatikan dalam memberikan informasi / rangsangan /contoh kepada anak didik adalah kemampuan IQ dan EQ yang cerdas pula, sehingga anak dan anak didik akan selalu menerima suatu hal baru dan bijaksana.

Dikutip dari : www.fedus.org

Comments

Popular Posts